Thursday 28 September 2017

Sahabatku yang baik hati.. ada masa dimana saya memiliki pemahaman bahwa melakukan sesuatu untuk mendapatkan serupa dengan apa yang sudah saya lakukan. Misalnya saya menginginkan saat saya menghormati orang lain, orang lain pun sudah seharusnya menghormati saya dan berbagi improvisasi perilaku lainnya. Seiring berjalannya waktu, saya mengamati diri pribadi, saya justru sering menemui rasa kecewa maupun menyesal bilamana diri kurang mendapat apresiasi sahabat..

Kemudian saya pun dipertemukan dengan seorang guru yang memberikan nasehat demikian, ”Perlakukanlah orang yang lain dengan cara baik karena memang sifat tersebut melekat pada dirimu yang baik San (Ichsan)., hilangkan sedikit demi sedikit rasa pamrih yang memuaskan ego dalam dirimu..”


MasyaAllah.. saya benar-benar merenungi nasehat tersebut dan mulai mempraktikkannya dalam keseharian sahabat. Dan memang benar (menurut penilaian saya dengan pemahaman saat ini), dampak yang saya rasakan lebih pada perluasan wadah bahagia dalam diri ini. Selain hal tersebut, ego dalam diri ini pun mulai terkikis atas izin dari-Nya sahabat.. Wallahua’lam bishowab..

Semoga sahabatku yang mau belajar dan mempraktikkannya dalam kesaharian Allah SWT izinkan dapat meluaskan wadah rasa bahagianya dalam diri..  aamiin..

Wednesday 27 September 2017

Sahabatku yang baik hati.. sering kali kita tidak menyadari sepenuhnya penggunaan kata yang kita ucapkan mencerminkan peran apa yang sedang kita pilih dalam episode kehidupan ini.. misalnya saja dalam penggunaan kata “Harus” dan kata “Perlu” sahabat.. Mari coba kita belajar memaknai kalimat yang menggunakan kata tersebut:
  Saya Harus Menjemput Ibu. Dan
  Saya Perlu Menjemput ibu.

Coba kita baca berulang-ulang kalimat tersebut dan coba untuk merasakannya sahabat.. tentu feel atau rasanya beda kan?

Nah., penggunaan kata “harus” lebih sering mengarahkan diri ini memilih peran sebagai “korban” atas sesuatu. Misalnya dengan contoh kalimat tersebut sebelumnya, kita memilih menjadi korban instruksi/ perintah ibu atau setidaknya perintah diri ini karena ada kecenderungan terpaksa dalam melakukannya sahabat. Sedangkan manakala kita menggunakan kata “perlu”, maka kita lebih diarahkan memilih peran sebagai “pelaku” atas sesuatu. Seperti dalam contoh kalimat tersebut sebelumnya, kita menjemput ibu karena kesadaran bakti kita kepada beliau. Wallahua’lam bishowab.

Mari kita tumbuhkan kesadaran dalam diri ini dengan memulai menggunakan kata “Perlu” dan mengurangi penggunaan kata “Harus” dalam melakukan setiap aktivitas sahabat.. semoga Allah SWT berkenan memberi pemahaman yang bertumbuh pada diri ini selagi masih ada kesempatan.. aamiin..

Thursday 14 September 2017

Ada masa dimana saya sangat khawatir apabila rejeki saya akan diambil orang lain sahabat. Terutama manakala saya mendapatkan informasi menarik perihal penerimaan pegawai atau karyawan sebuah instansi maupun perusahaan yang bonafit (yaa Bahasa sederhananya, KEREN!). Ada kecenderungan dalam diri ini yang menyampaikan, “sudah.. informasi ini untukmu saja. Jangan sampai ada banyak yang tahu. Nanti bisa jadi menambah sainganmu!”.
Astaghfirullah.. sebegitunya kah diri ini tidak percaya bahwa Tuhan YME Maha Kaya sehingga sangat khawatir tidak mendapat bagian rejeki dari-Nya? Yaa.. masa itu sudah berlalu seiring dengan pertumbuhan kesadaran dalam diri ini sahabat. Dari pengalaman tersebut saya menghimbau kepada sahabat agar kiranya tidak perlu khawatir seperti yang pernah saya rasakan di masa itu.
Benar adanya bahwa rejeki dari-Nya sudah sepaket dengan alamat yang dituju sahabat.. mana contoh dan bukti nyatanya mas? Oke. Ada banyak contoh dan bukti nyata di sekeliling kita kok sahabat. Yang paling nampak adalah saat ada lowongan pekerjaan di suatu instansi, yang kita anggap sangat cocok masuk pun belum tentu bisa masuk menjadi bagian dari instansi tersebut. Misalnya landasan kita dari segi kecerdasannya, perilakunya, dan hal lainnya yang kita anggap nilai plus buat beliau. Contoh lain tentang rejeki yang mudah dipahami lagi adalah saat adanya undian hadiah yang diselenggarakan, misalnya oleh suatu bank. Apakah ada jaminan yang saldonya banyak atau poin nya banyak akan mendapatkan hadiah tersebut sahabat? Bahkan tidak jarang kita menemui yang mendapatkan hadiah adalah orang yang tidak disangka-sangka. Ini adalah beberapa bukti nyata bahwa rejeki dari-Nya sudah sepaket dengan alamat kemana rejeki itu tertuju sahabat. Jadi, tidak perlu khawatir berlebihan sahabat.. tugas kita adalah mengupayakan yang terbaik.  Perihal hasil, itu adalah hak prerogatif Tuhan YME.

Sekian yang bisa saya sampaikan. Saya pun masih dan akan terus belajar memahami ilmu-Nya yang luas sahabat.. silakan bilamana ingin berdiskusi, dengan senang hati saya akan menanggapi. Terima kasih.
Saya mengamati ini dari sekeliling sahabat. Kita perlu memahami bahwa ada transformasi atau perubahan peran anak dalam sebuah keluarga. Tidak sedikit masih ada anak yang tetap diberikan peran sebagai "anak" sampai dewasa sahabat. Jadi anak masih dibimbing, diarahkan hingga sampai anak tersebut "merasa" terkekang untuk bergerak dalam mengeksplorasi dirinya. Namun ada juga beberapa orang tua yang sudah mentranformasi peran anaknya dari "anak" menjadi "partner" dalam keluarganya sahabat. Biasanya anak tersebut akan dilibatkan dalam diskusi mengenai suatu topik ringan, bahkan sampai pengambilan keputusan yang penting dalam keluarganya sahabat. :)
Nah, saya mengamati ada kecenderungan bahwa anak yang sudah bertransformasi perannya dari "anak" ke "partner" dalam keluarga, anak tersebut akan bertumbuh lebih pesat dalam kemandirian berpikir dan mengambil suatu keputusan tindakan, sahabat. Oleh Karena itu, bukannya saya menggurui, namun izinkan saya memberikan saran bahwa alangkah lebih baik bagi orang tua yang belum mentransformasikan peran anaknya menjadi partner dalam keluarga, segera dirubah dengan memulai melibatkannya dalam diskusi keluarga sejak usia anak sudah beranjak remaja dan mulai menggunakan logikanya sahabat. Bilamana sudah terlanjur sampai anak beranjak dewasa masih belum merubah perannya (masih berperan sebagai "anak"), coba berikan kepercayaan kepada anak dengan bermusyawarah dalam pengambilan keputusan dari hal-hal kecil terlebih dahulu sahabat. InsyaAllah kebaikan demi kebaikan untuk keluarga akan hadir lebih sering dengan adanya tranformasi peran anak ini karena pintu kebaikan bertambah. Bukan lagi dari ibu bapak saja, melainkan juga dari anak-anaknya sahabat. :)
Sepakat atau belum sepakat, bahkan tidak sepakat perihal opini -pentingnya- "tranformasi peran anak" ini, saya serahkan kepada sahabat sekalian. Saya sekedar berbagi buah pikiran dari pengamatan diri ini semata sahabat. Kalau sekiranya sahabat terbiasa perlu sebuah alasan untuk bertindak, yang dalam hal ini misalnya "kenapa perlu/ bahkan penting transformasi peran anak?". Coba kita renungkan kembali perihal keluasan wawasan pengetahuan yang terupdate sahabat. Lebih update wawasan anak atau orang tua? Jawabannya akan relatif sahabat (bisa anak yang lebih update, bisa juga orang tuanya yang lebih update). Tergantung siapa yang ada minat untuk selalu belajar. Namun saya kira jawaban paling bijaksana adalah apabila keluasan wawasan pengetahuan terupdate dikolaborasikan dengan pengalaman sahabat. Karena menurut saya, kedua faktor tersebut adalah faktor paling penting dalam belajar bertumbuh bersama dan mempraktikkannya dalam keseharian. Wallahua'lam bishowab. :)
Sekian yang bisa saya bagikan kepada sahabatku sekalian., saya masih pengamat yang InsyaAllah akan terus belajar dan mempraktikkan dalam keseharian.. Saya mohon maaf apabila ada hal yang kurang berkenan bagi sahabat.. Monggo., dengan senang hati saya menanti sahabat yang berkenan berbagi pengalamannya kepada saya melalui diskusi di whatsapp/ telegram/ bbm maupun komentar yang tersedia di blog ini. Terima kasih. Namaste.. _/l\_ :) 
Apa sih hubungan silang mas? Oke. Menurut salah satu guru saya (Pak Arif R.), hubungan silang yang dimaksud adalah apabila kita laki-laki, maka ada hubungan silang dengan ibu. Begitupun dengan yang perempuan, maka ada hubungan silang dengan ayah.
Disini sangat penting bagi seorang laki-laki agar dapat menjaga hubungannya dengan ibu untuk kenyamanan yang akan diluaskan lagi. Entah dalam hal studi, karier, bahkan berumah tangga. Begitupun dengan perempuan sahabat (sama). Bisa jadi, saat ada persoalan dalam diri ini hadir, kita perlu cek bagaimana hubungan silang kita? Kalau ada keruwetan, segera kita perbaiki sahabat.
Oleh Karena itu, sangat perlu kita menyempatkan waktu untuk memberi pengertian dan bahkan pemahaman perihal apa yang akan kita lakukan kepada partner silang kita sahabat. InsyaAllah bilamana hubungan dengan partner silang kita baik, kehidupan kita pun akan membaik dengan sendirinya. Wallahua’lam bishowab.

Monggo saya buka ruang untuk diskusi. Saya pun masih belajar memahami sahabat. Terima kasih.
Saya mengamati bahwa komunikasi dapat menjadi jalan kebaikan demi kebaikan muncul di sekeliling kita sahabat. Disinilah diperlukan keterampilan “seni berkomunikasi”  yang baik, agar apa maksud dan tujuan dari komunikasi dapat tersampaikan secara utuh kepada rekan yang kita ajak berkomunikasi. Jangan sampai justru komunikasi yang tercipta menimbulkan kesalahpahaman sahabat. Sebagaimana dulu, pernah saya sampaikan bahwa komunikasi juga bisa menjadi salah satu hadirnya persoalan dalam hidup kita.
Nah, setidaknya ada beberapa point yang perlu kita perhatikan agar tercipta komunikasi yang baik. Diantara point tersebut yaitu:
a.     Siapa rekan yang sedang kita ajak berkomunikasi?
Penting kita memahami latar belakang rekan kita untuk pemilihan kata yang akan kita gunakan. Usahakan sesederhana mungkin sahabat.
b.    Konten apa yang akan kita sampaikan?
Perihal konten ini, kita perlu benar-benar menguasai kita akan membicarakan tentang apa? Tujuan dari pembicaraan ini apa? Jangn sampai melebar pada topik yang lain, sehingga lupa esensi makna utama dari konten yang kita jadikah bahan dalam komunikasi.
c.     Kroscek pemaknaan dari rekan yang kita ajak komunikasi
Ini penting kita lakukan agar komunikasi yang telah tercipta benar-benar utuh diterima dengan baik. Bagaimana caranya? Coba beri beliau kesempatan untuk menyampaikan pendapat atas konten dalam komunikasi tersebut. Dari sinilah kita dapat mengambil kesimpulan apakah beliau sudah paham atau perlu penjelasan lebih lanjut lagi.
Itulah beberapa hal dalam seni berkomunikasi sahabat.. InsyaAllah dengan keterampilan komunikasi yang baik, maka akan mengurangi hadirnya persoalan dalam diri dan bahkan dapat membantu rekan-rekan yang sedang menjawab persoalan hidupnya. Sekian dari saya, monggo boleh diskusi sahabat. Saya pun membuka ruang untuk belajar. Terima kasih.
Sahabatku yang baik hati., bilamana membaca judul tulisan tersebut sudah “terkoyak” batin ini, maka saya sarankan untuk mencukupkan saja membaca tulisan ini, tidak perlu sahabat teruskan. Sebagian dari kita, bahkan semua orang selama ini sering mendapat nasehat atau petuah bahwa “manusia hanya bisa merencanakan, namun Tuhan Yang Menentukan”.

Iyaa.. memang demikian adanya nasehat tersebut sahabat.. Tidak ada yang benar maupun salah sepenuhnya dari nasehat atau petuah yang selama ini kita ketahui dan judul tulisan ini. Karena setiap kalimat yang tercipta adalah netral, hanya kemudian kalimat tersebut dimaknai menurut versi kita masing-masing sahabat. Kita bisa memaknainya berdasarkan perasaan yang hadir saat membacanya, logika yang ada, data yang tersedia, ilmu yang dititipkan oleh-Nya, dan sudut pandang lainnya.

Namun izinkan saya mengulas menurut sudut pandang diri ini sahabat.. Bilamana kita meyakini bahwa Tuhan Yang Menentukan, kemudian saat rencana kita kebetulan tidak terwujud menjadi realita sesuai keinginan diri, serta merta kita seakan “legowo”. Namun apakah benar-benar diri ini “legowo” sepenuhnya? bilamana dicek lebih dalam lagi, sebenarnya ada sebagian dari diri ini yang secara tidak langsung telah “menyalahkan” atas penentuan hasil dari-Nya sahabat. Lalu dimanakah letak tanggungjawab kita bilamana demikian? Ini yang perlu kita waspadai bersama sahabat.. Mari pastikan bahwa diri ini benar-benar bertawakal sepenuhnya atas hasil dari upaya terbaik kita.. J

Nah, apabila kita meyakini bahwa Tuhan Yang Merencanakan dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang sepaket di dalam pilihan tersebut, serta ada andil kita untuk menentukan keputusan memilih pilihan dari rencana-Nya, InsyaAllah kita dapat benar-benar bertanggungjawab dan “legowo” menerima keputusan hasil yang diizinkan Tuhan YME menjadi realita bagi diri ini sahabat. J

Jadi, suatu nasehat pengingat bagi kita dari siapapun yang menghadirkan untuk diri ini perlu kita pahami sesuai dengan keselarasan mengambil peran sebagai pelaku sahabat.. mengingat kita diperintahkan oleh-Nya hadir di dunia ini sebagai Khalifah. Dan satu hal yang perlu kita yakini bahwa Tuhan YME selalu memberikan yang terbaik kepada diri ini sahabat.. wallahua'lam bishowab.. J


Semoga mudah dipahami sahabat.. ini sekedar pemikiran yang hadir dalam keheningan pagi ini.. mohon maaf bilamana kurang berkenan sahabat.. wilujeng berbagi nikmat dari-Nya.. Namaste.. _/l\_ :)